Seseorang
datang pada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengadukan bahwa imannya
lemah dan hatinya keras.
Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam berkata
padanya, "Inginkah engkau agar hatimu menjadi lembut dan mendapatkan apa
yang kauinginkan?
Berbelas kasihlah kepada anak-anak yatim, belailah
kepalanya dan beri dia makan dari makananmu, maka hatimu akan menjadi lembut
dan engkau akan dapatkan apa yang engkau inginkan." (Hadits riwayat
al-Tabaraani).
Juga ada r
iwayat lain yang menguatkan hadits
tersebut. Hal ini berhubungan langsung dengan masalah mengatasi lemah iman.
Takut
akan kesudahan hidup yang buruk, akan mendorong seorang muslim untuk
beribadah lebih khusyu' kepada Allah SWT dan
memperbaharui keimanan dalam hatinya.
Ada banyak penyebab dari akhir kesudahan
hidup yang buruk, termasuk
lemahnya iman dan menurutkan hati pada perbuatan
dosa dan maksiat.
Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam memberi contoh sebagai berikut:
"Seseorang yang membunuh
dirinya sendiri dengan sepotong besi akan
mendapatkan sepotong besi dalam
tangannya, menikam dirinya sendiri
dengan besi itu dalam Neraka, untuk
selama-lamanya, tanpa henti.
Barangsiapa yang minum racun dan membunuh
dirinya akan menyesapnya
(meminumnya sedikit demi sedikit), meminumnya dan meneguknya perlahan-lahan di neraka,
untuk selama-lamanya, tanpa henti.
Barangsiapa melemparkan dirinya
sendiri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya, akan mendapati dirinya
terlempar jatuh dalam neraka, untuk
selama-lamanya, tanpa henti."
(Sahih Muslim, no. 109).
Banyak kejadian
seperti itu terjadi selama masa hidup Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam, seperti seorang
laki-laki yang bersama pasukan Muslim, berperang dengan cara tidak seperti yang
lain (yaitu dengan serampangan), Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, "Dia satu di antara penghuni neraka."
Salah seorang muslim penasaran dan ingin mengetahui mengapa demikian. Orang yang dimaksud tersebut luka parah dan dia ingin mempercepat kematiannya dengan harapan supaya syahid, maka dia mengarahkan pedangnya ke dadanya dan menghunjamkannya, membunuh dirinya sendiri. (Cerita ini ada dalam Sahih al-Bukhaari, al-Fath, 7/471)
Salah seorang muslim penasaran dan ingin mengetahui mengapa demikian. Orang yang dimaksud tersebut luka parah dan dia ingin mempercepat kematiannya dengan harapan supaya syahid, maka dia mengarahkan pedangnya ke dadanya dan menghunjamkannya, membunuh dirinya sendiri. (Cerita ini ada dalam Sahih al-Bukhaari, al-Fath, 7/471)
Banyak cerita tentang
orang-orang yang mengakhiri hidupnya dengan cara yang buruk (naudzubillahi min dzalik)
dan banyak ulama yang menceritakan tentang mereka.
Contohnya : Ibn al-Qayyim r.m. menyebutkan dalam bukunya al-Da' wal-Dawa' bahwa salah seorang di antara mereka, ketika dia meninggal, dituntun untuk mengucapkan "La ilaaha ill-Allaah," dan dia berkata, "Aku tidak dapat mengatakannya."
Contohnya : Ibn al-Qayyim r.m. menyebutkan dalam bukunya al-Da' wal-Dawa' bahwa salah seorang di antara mereka, ketika dia meninggal, dituntun untuk mengucapkan "La ilaaha ill-Allaah," dan dia berkata, "Aku tidak dapat mengatakannya."
Ada lagi yang dituntun untuk mengucapkan La ilaaha ill-Allaah, dan dia malah
mulai menyenandungkan sebuah syarir atau lagu.
Seorang
pengusaha yang selama hidupnya hanya memikirkan bisnisnya dan melalaikan dia dari mengingat Allah SWT, ketika
kematian menjemputnya, dituntun
untuk mengucapkan La ilaaha ill-Allaah malahan
dia mulai berkata, "Ini hal
baik, ini sesuai denganmu, ini harga yang murah sekali" dan sebagainya,
sampai dia meninggal (Tariq al-Hijratayn, p.308).
Dikisahkan
ketika salah seorang dari prajurit Raja al-Naasir meninggal,
anaknya mulai menuntunnya untuk
mengucapkan La ilaaha ill-Allaah, tetapi dia berkata, "Al-Naasir adalah
tuanku."
Anaknya terus menuntun dan mengatakan hal yang
sama akan tetapi ayahnya pun terus
mengulangi "Al-Naasir adalah tuanku, al-Naasir
adalah tuanku," kemudian dia
meninggal.
Ada lagi
yang dituntun untuk
mengucapkan La ilaaha ill-Allaah, tetapi dia malah berkata,
"Rumah anu, perbaiki ini dan itu dalamnya; Kebun anu, lakukan ini dan itu
disana."
Salah
seorang dari mereka yang berhubungan dengan riba dituntun untuk
mengucapkan La ilaaha ill-Allaah
ketika menjelang wafat, tetapi dia mulai berkata, "Pinjam sepuluh kembali sebelas,"
berulang-ulang sampai dia meninggal
(Al-Da' wal-Dawa', p. 170/289).
Sebagian
dari mereka dikiaskan wajahnya berubah menjadi hitam atau diumpamakan telah berbalik
dari arah Kiblat.
Ibn
al-Jawzi r.m. berkata: "Saya mendengar salah seorang dari mereka yang saya
kira akan banyak mengucapkan kata-kata yang baik pada malam
kematiannya, mengatakan:
"Tuhan-ku telah memperlakukan aku dengan tidak adil", Maha Suci Allah
dari apa yang dia katakan! Dia telah menuduh Allah tidak adil pada saat
kematiannya."
Kemudian
Ibn al-Jawzi r.m. berkata: "Aku
tetap muram dan kehilangan harapan
akan hal yang akan dapat menolongku saat
aku menghadapi hari itu (hari
kematianku)."
Subhanallah,
begitu sering orang melihat hal kematian ini, tetapi mereka tidak menyadari
tentang apa yang akan terjadi
terhadap mereka disaat-saat akhir hidupnya. Mereka tidak tahu babak itu."
(al-Da' wal-Dawa', 171).
#Dirangkum
dari artikel : Islamic Education#