44T

44T

Jadilah Bahagia dengan Memberi...

Satu kata sederhana yang dicari oleh semua orang adalah "bahagia"...
Banyak yang membicarakan tentang bahagia, namun jarang yang mampu memaknainya dengan rasa syukur...
Selama ini persepsi kebanyakan orang tentang bahagia adalah ukuran kekayaannya !
Seandainya bahagia dikaitkan dengan banyaknya harta benda yang dimiliki, tentu orang-orang kayalah yang paling berhak untuk bahagia.
Namun dalam kenyataannya... betapa banyak orang kaya yang hidupnya hampa...
Mereka tidak pernah merasakan suatu rasa bahagia karena masih punya rasa was-was, ketakutan, kekhawatiran dan berbagai perasaan negatif lainnya terkait dengan kedudukan atau kehilangan harta bendanya...
Demikian juga dengan orang miskin, apabila tolok ukur bahagia semata-mata karena banyaknya harta, tentulah mereka menjadi golongan orang paling tidak berbahagia !
Namun nyatanya, banyak orang miskin yang tetap bisa tersenyum lepas tanpa beban, bisa menikmati hari dengan sabar dan bisa melewati cobaan hidup dengan lebih tabah...  
Untuk itu, mari kita segarkan dan maknai kembali arti bahagia melalui hikmah cerita ringan berikut.
Semoga hati kita selalu dibukakan hidayah untuk mudah berbahagia dalam situasi dan kondisi apapun, yang diawali dengan banyaknya rasa syukur... Aamiin...
------------------------------------------------------ 
Seorang syekh sedang berjalan-jalan santai bersama salah seorang muridnya di sebuah taman.
Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. 
Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar : “Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!”
Syekh kemudian menjawab dengan bijak : “Anakku, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian perhatikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.

Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. 
Dia langsung saja berjalan menuju sepatu dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu.
Setelah itu ia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah tukang kebun miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya.
Dia berjalan menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja.
Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya.
Saat ia keluarkan ternyata… uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang.
Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru namun ia tidak melihat seorangpun.

Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis.
Kemudian dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah sedang berbicara kepada Allah :
“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Allah… wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan untuk hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka dan kelaparan”.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah.
Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.

Ketika itulah syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran kepada muridnya :
“Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”
Sang murid menjawab:
“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku : “Ketika kamu memberi, kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu menerima”.
------------------------------------------------------ 
Sang syekh kemudian melanjutkan pelajarannya...
Dan sekarang ketahuilah anakku, bahwa sesungguhnya pemberian itu bermacam-macam :

  • Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian.
  • Mendo’akan saudaramu di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) adalah suatu pemberian.
  • Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk atas saudaramu adalah suatu pemberian.
  • Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu adalah juga pemberian.
  • Tersenyum kepada saudaramu adalah pemberian yang paling ringan.
Itu semua adalah pemberian yang dapat kita lakukan setiap hari dalam situasi dan kondisi apapun... 
Sehingganya kesempatan memberi tidak hanya dimonopoli oleh orang-orang kaya saja !
------------------------------------------------------ 
Demikianlah Sobat, ternyata bahagia itu dapat diraih dengan mudah, di banyak tempat, di setiap kesempatan dan bahkan di sembarang waktu.
Semua tergantung dari sisi mana kita menyikapi situasi dan kondisi yang kita hadapi, serta selalu melandasinya dengan rasa syukur...
Semoga bermanfaat...
Salam sukses sehat semangat !
-------------------------------------------
*Cerita hikmah syekh & muridnya 
Oleh Zulfi Akmal (Al-Azhar Cairo)


Subscribe to receive free email updates:

close