Seorang pria, anggap saja namanya Huda, seorang trainer development yang sangat giat
dalam mengkader pengusaha muda. Dia mempunyai prinsip bahwa hidup bukan untuk
sekedar mengejar martabat, tapi menebar manfaat. Ia sangat mencintai Istrinya
yang bernama Ira, malam itu di penghujung tahun 2003. Ia mendapati istrinya
sedang sakit, setelah mencoba mengelus dan merelaksasi dengan kompres. Namun,
sakitnya tak kunjung hilang. Karena khawatir lalu ia bergegas ke Rumah Sakit
terdekat.
Sudah 3 hari lamanya istrinya dirawat di RS. Namun,
dokter belum juga bisa mengetahui penyakit apa yang sedang dialami oleh
istrinya. Dokter menyarankan untuk dirujuk ke RS pusat di kotanya.
Keesokan harinya, Huda langsung membawa istrinya ke RS
di kota. Selama di RS ini, suhu tubuh istrinya selalu panas dan merasa haus.
Sehingga menghabiskan ± 3 galon air mineral tiap
harinya. Sudah hampir 3 bulan lamanya dirawat. Namun, belum juga ada diketahui
apa sebenarnya penyakit istrinya.
Akhirnya, ia putuskan untuk dibawa ke RS besar di
Jakarta dan langsung ditempatkan diruang ICU. Biaya di ICU kala itu kurang
lebih 2,5 juta per malam. Dengan penuh harapan dan cemas Huda selalu bersabar
menemani istrinya. Kesedihan itu tak bisa dibendung lagi, saat ia melihat
kondisi sang istri dipenuhi kabel dan alat bantu di seluruh tubuhnya.
3 minggu sudah berlalu, namun belum ada sedikitpun
pencerahan. Dokter masih belum tahu penyakit apa yang diderita istrinya. Setiap
sehabis shalat, doa selalu ia panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, demi kesembuhan
istrinya. Tanpa sadar, air mata mengucur deras dari kedua matanya.
Di pagi hari setelah visit dokter, Huda diajak dokter
ke ruangannya untuk membicarakan keadaan istrinya.
“Pak Huda, kami minta persetujuan pak Huda untuk
mengganti obat istri bapak.”
“Memang kenapa Dok, tidak biasanya Dokter meminta izin
saya? Apa bedanya obat ini? ”
“Begini Pak Huda, obat ini cukup mahal, rencananya
obat ini akan kami gunakan untuk mengetahui penyakit istri pak Huda”
“Berapa harganya Dok?”
“12 juta pak, untuk 1 dosis”
“Satu hari berapa dosis Dok?”
“3 kali dosis dalam sehari pak”
“Jadi Rp 36 juta dokter sehari?”
“Iya Pak Huda”
“Astaghfirullah Dok, bagi saya Rp 36 juta itu banyak
sekali Dokter. Tabungan saya sudah hampir habis. Tolong Dok, periksa sekali
lagi, temukan penyakit istri saya Dokter!”
“Pak Huda, kami sudah berusaha semampu kami, kami
sudah mendatangkan perlengkapan dari RS lain dan beberapa laboratorium ternama.
Namun, kami belum mengetahui penyakit istri bapak ”
“Tolong Dok, coba periksa sekali lagi yaa Dok…”
“Pak Huda, baik kami akan penuhi permohonan bapak.
Tapi janji ya pak, bila kami belum juga menemukan penyakitnya, dengan terpaksa
kami menggunakan obat tadi.”
“Baik Dokter, terima kasih”
Setelah keluar dari ruangan dokter, Huda bergegas ke mushola
untuk shalat dhuha dua raka’at. Setelah salam, ia langsung dzikir kepada Allah
dengan penuh penghayatan, lalu diiringi shalawat kepada Rosululah. Lalu
diangkat kedua tangannya dan berdoa:
“ Ya Allah, Ya Tuhanku, Aku mengerti ini adalah bagian
dari ujian-Mu, Aku mengerti semua ini karena Engkau menyayangi hambamu ini,
Tolong ya Allah, tunjukanlah petunjuk-Mu. Dosa apa yang telah kulakukan,
sehingga membuat istriku tak kunjung sembuh” sambil mengusap air matanya.
“Ya Allah, tolong beri Aku petunjuk, tolong sembuhkan
istriku Ya Allah. Bagi-Mu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau
mengatur seluruh alam beserta isinya yaa Allah”
Sesaat setelah selesai berdoa, tak sadar dia teringat
akan uang sejumlah 150 rupiah. Iya uang milik ibunya...
Lalu ia mulai mengingat kejadian uang senilai Rp 150
tersebut.
“Oh iya, uang itu adalah uang yang pernah aku ambil
dari bawah bantal Ibuku, uang yang aku ambil untuk membayar SPP saat Aku SD.
Karena uang SPP yang sebelumnya aku pergunakan untuk jajan. Dari uang 150 itu
kubayarkan SPP sebanyak 75 rupiah, karena 3 bulan aku menunggak bayaran SPP
kala itu, sedangkan sisanya untuk jajan lagi,” katanya dalam hati.
“ Mengapa Aku teringat ini, apakah ini petunjuk dari
Allah?” lagi – lagi ucapnya dalam hati.
---------------------------
Karena penasaran, lalu ia langsung menelpon Ibunya.
“Assalamu’alaikum, Bu”
“Wa’alaikum salam, Nak ”
“Ibu apa kabar ?”
“Ibu baik-baik saja Nak”
“Trus, kabar anak–anak gimana Bu ?”
“Huda, Ibu jauh – jauh dari Lampung ke Bogor untuk
menjaga anak–anakmu. Sudah, kamu gak usah khawatir. Gimana kabar istrimu Ira? ”
“Masih belum sembuh, Bu”
“Sabar ya, Nak”
Setelah lama berbincang – bincang, lalu Huda
menanyakan tentang kejadian 150 rupiah itu.
“Ibu, masih ingat gak dengan kejadian dulu, duluuu
sekali”
“Kejadian yang mana, Nak?”
“Dulu, waktu Ibu kehilangan 150 rupiah, di bawah
bantal”
Secara mengejutkan, terdengar suara penuh amarah dari
balik telpon genggam Huda.
“Nak, sampai Ibu meninggal, Ibu tidak akan mungkin
melupakannya,” jawab sang Ibu dengan suara lirih.
“Nak, gara–gara uang itu hilang, Ibu dicaci maki dan
direndahkan di depan umum, Nak. Waktu itu Ibu punya hutang dengan orang kaya
kampung kita. Uang itu sudah Ibu persiapkan di bawah bantal, saat Ibu mau
membayar, ternyata uang itu hilang nak. Karena tidak enak, Ibu beranikan untuk
mendatangi orang kaya tersebut dan meminta maaf karena uang yang Ibu persiapkan
hilang..” isak tangis terdengar di telpon genggam.
“Mendengar alasan Ibu, orang itu malah mencaci-maki,
Nak. Merendahkan Ibu. Padahal, di situ banyak orang Nak, Demi Allah, Nak,
rasanya sakit, sakit, sakit sekali hati ini, Nak…” dengan lirih dan serak
Ibunya berkata.
“Ibu tahu siapa yang mengambil uang itu?”
“Ibu tidak tahu Nak, Ibu gak akan memaafkan orang
itu.”
“Bu, maafkan Huda Bu, Maafkan Huda Bu, Huda yang
mengambil uang Ibu. Huda ambil untuk bayar SPP Bu. Huda gak tahu kehilangan
uang itu membuat Ibu seperti itu. Tolong Bu, ikhlasin uang itu ya Bu, yang
mengambil uang itu Huda Bu. Huda janji nanti saat bertemu Ibu, Huda akan
sungkem sama Bu. Maafin Huda, Maafin Huda Bu…”
“Astaghfirullahal adzim, astaghfirullahal adzim,
astaghfirullahal adzim, Ya Allah, ternyata kamu Nak yang ngambil. Ya Allah, Ya
Rabbi, maafkanlah anakku Ya Allah, Hamba tidak tahu, ternyata anak hamba yang
mengambil uang itu, ampunilah dia, Ya Allah..”
“Bu, beneran Ibu sudah memaafkan Huda?”
“Sudah Nak. Seharusnya Ibu yang meminta maaf, karena
Ibu terlalu lama memendam dendam seperti ini. Ibu gak tahu Nak, ternyata kamu
yang ambil uang itu.”
“Maafin Huda Bu, maafin Huda…”
“Sudah lupakan semua, semua kesalahanmu sudah Ibu
maafkan, termasuk uang itu.”
“Bu, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Bu,
agar ia cepat sembuh.”
“Ya Allah, hari ini aku maafkan kesalahan anakku
karena telah mengambil uang itu. Dan juga semua kesalahannya yang lain. Ya
Allah, sembuhkanlah penyakit istri anakku ya Allah,” demikian doa sang ibu.
Setelah itu, telpon ditutup dengan ucapan terima kasih
kepada Ibunya. Kurang lebih 1 jam kemudian, Huda kembali dipanggil oleh Dokter.
“Selamat Pak Huda. Penyakit istri bapak sudah
ketahuan.”
“Apa dok?”
“Infeksi Pankreas.”
Langsung dipeluknya dokter itu dengan erat dengan air
mata yang berlinang “ Terima kasih Dok, terima kasih…”
“Pak Huda, jujur kami pun terkejut saat mengetahui
Istri Bapak terkena Infeksi Pankreas. Padahal kami sudah melakukan berbagai
pemeriksaan sebelumnya. Ini adalah suatu keajaiban. Selanjutnya kami meminta
izin kepada bapak untuk melakukan operasi caesar terlebih dahulu, untuk
mengeluarkan janin yang sudah 8 bulan. Setelah itu, baru kita kita tindak
lanjuti infeksi pankreas istri bapak ”
Setelah selesai, dan kondisi istri dan bayinya sehat,
Pak Huda kembali ke Bogor untuk sungkem dan meminta maaf kepada ibunya. Namun,
Itulah hebatnya seorang ibu, ia malah berucap, “Bukan kamu yang meminta maaf
Nak, seharusnya ibu yang meminta maaf…”
#Perlu dicatat, cerita di atas benar – benar terjadi dan nyata adanya !!!
Namun nama pria itu bukannya Huda. Nama aslinya adalah Jamil Azzaini,
seorang Trainer Personal Development dan Leadership, pengkader trainer,
penulis, dosen dan pengusaha sukses, yang akrab disapa Kek Jamil.
Sungguh ini bukti kebenaran hadits Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam :
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan
murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua“ (HR Bukhori, Tirmidzi,
Hakim)
Salam sukses sehat semangat !!!