44T

44T

Kisah si Pendengki


Ada seorang lelaki saleh yang setiap hari mengunjungi Raja. 
Setelah bertemu Raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."


Ada seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan Raja.
"Lelaki itu memiliki kedudukan yang dekat dengan Raja, setiap hari ia bertemu Raja," pikir Si Pendengki dengan perasaan kurang senang.
Si Pendengki kemudian menemui Raja dan berkata, "Lelaki yang setiap hari menemui Baginda, jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang Baginda. Ia juga berkata bahwa bau mulut Baginda sangat busuk."
Raja sangat marah dan berniat menghukum lelaki itu.

Sekeluarnya dari kerajaan, Si Pendengki duduk di tepi jalan yang biasa dilalui oleh lelaki yang akrab dengan Raja. Ketika si lelaki itu lewat dalam perjalanannya menemui Raja, ia menghadangnya, "Kemarilah, singgahlah ke rumahku sebentar".
Setelah singgah ke rumahnya, Si Pendengki kemudian menawarkan bawang putih dan memaksa agar ia memakannya dengan alasan sebagai obat. Karena dipaksa, akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu.
Bau bawang putih itu tentu tidak mudah hilang. Selesai berkunjung ke tempat Si Pendengki, lelaki itu sebagaimana biasa mengunjungi Raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan Raja, ia menutup mulutnya agar Raja tidak mencium bau mulutnya.
"Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku bau," pikir Raja. Sang Raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat. Lelaki itu kemudian duduk bercerita kepada Raja dan pada bagian akhir ia berkata sebagaimana biasa, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." 


Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia kemudian pamit kepada Raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada si Fulan."
(Surat yang ditulis Raja itu berbunyi, "Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, maka bunuhlah dia, karena telah menghinaku.")
Lelaki tadi keluar membawa surat Raja. Di tengah jalan ia dihadang oleh si Pendengki. "Apa yang kamu bawa?" tanyanya. "Surat Raja untuk si Fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannyasendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah."
"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang," pintanya. Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat itu kemudian ia serahkan kepada Si Pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati dan kemudian bergegas membawanya ke tempat si Fulan, seorang kepercayaan Raja. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada si Fulan,.
"Masuklah ke sini, Raja menyuruhku membunuhmu," kata Si Fulan.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan," katanya ketakutan dan meminta waktu untuk menjelaskan. Penjelasan si Pendengki sia-sia belaka dan diapun tewas dibunuh.
Keesokan harinya, lelaki saleh itu datang kepada Raja sebagaimana biasa.
Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si Pendengki. 


"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dengannya, Baginda… Hanya saja kemarin ia mengundangku ke rumahnya dan memaksaku makan bawang putih sebagai obat. Waktu aku menemui Baginda kututup mulutku agar Baginda tidak mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia menemuiku, menanyakan titipan surat dan meminta surat itu," lelaki itu kemudian menceritakan semua yang terjadi.
Mendengar jalannya cerita, tahulah Raja bahwa orang itu ternyata dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." 



Dengki memakan kebaikan seperti api memusnahkan kayu bakar. 
(HR Ibnu Majah)

#Dikutip dari 1001 Kisah Sufi

Subscribe to receive free email updates:

close