44T

44T

Tuntutan Kerja vs Urusan Pribadi

Profesionalisme memang penting dalam bekerja. Sobat selalu dituntut untuk membedakan, memilah atau bahkan lebih tegas lagi --- memisahkan --- antara masalah pekerjaan dengan urusan pribadi, apapun alasannya. 
Tapi bagaimana jika Sobat memiliki urusan pribadi yang begitu mendesak dan harus segera ditangani ?
Contoh yang paling mudah adalah jika anak Sobat sedang sakit dan membutuhkan kehadiran atau keberadaan Sobat... 
Contoh lain yang juga mungkin terjadi : istri atau suami sakit, orang tua sakit, mertua sakit, tetangga meninggal, ada urusan mendadak, dsb...dst... dll...
Sementara di kantor pun, Sobat tengah dikejar deadline pekerjaan...

Jika kejadiannya ruwet begitu, wajar jika Sobat pasti akan bingung berat.
Apalagi kalau Sobat adalah seorang
wanita karir...
Dalam kodrat seorang wanita --- di kantor sebagai pekerja dan di rumah sebagai istri sekaligus ibu --- Sobat pasti akan sering berhadapan dengan dilema semacam ini !
Hehehehe...
Di satu sisi Sobat ingin memenuhi deadline pekerjaan --- apalagi jika Sobat berperan sebagai pengambil keputusan atau penanggungjawab pekerjaan --- tapi di sisi lain Sobat juga ingin berada di dekat anak yang sedang sakit.
Jika Sobat memaksakan diri bekerja pun rasanya tidak bisa konsentrasi, karena pikiran pasti terus tertuju pada anak...

Nach seandainya Sobat mengalami kejadian yang tidak menguntungkan itu, jangan panik dan cemas.
Ada saat dimana Sobat harus menentukan skala prioritas.
Bila anak Sobat sakit dan sangat membutuhkan kehadiran Sobat namun disisi lain ada pekerjaan dan deadline yang sangat mendesak,
segera ambil keputusan !!!
Temui pimpinan atau atasan Sobat dan bicarakan masalah ini baik-baik.
Jika memungkinkan, mintalah perpanjangan tenggang waktu pekerjaan.
Tetapi jika tidak bisa, bawalah pekerjaan tersebut ke rumah, dengan harapan bisa dikerjakan sambil menunggui atau merawat anak yang sakit.
Percaya dech, selalu ada jalan keluar untuk menyelesaikan masalah Sobat….

Jika atasan Sobat cukup bijak dan manusiawi pasti dia akan memahami masalah Sobat.
Bisa jadi dialah yang akan memberikan solusi bagi Sobat.
Misalnya dengan mendelegasikan pekerjaan Sobat kepada rekan yang lain.
Lagipula wajar koq jika Sobat meminta pengertian atasan karena urusan pribadi yang sangat penting.
Apalagi jika selama ini Sobat sudah menunjukkan kondite kerja dan memberikan kontribusi kinerja yang baik.
Atasan pasti percaya bahwa masalah pribadi Sobat bukan sekedar alasan untuk menghindar dari deadline.

Jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih atas kebijaksanaan atasan.
Tapi ingat, jangan menyalahgunakan ijin yang sudah diberikan yaa…
Artinya jika anak Sobat kondisinya telah membaik dan sudah bisa ditinggalkan, Sobat harus segera kembali bekerja.
Sebagai karyawan tentu Sobat harus menyadari kewajiban dan hak yang telah disepakati bukan ?!

So… ternyata tidak sulit untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan urusan pribadi, apapun jenis dan macamnya urusan pribadi...
Yang penting, Sobat harus bisa mengukur sejauhmana kontribusi kinerja Sobat selama ini dan jangan pernah memanfaatkan 'urusan pribadi' hanya untuk
excuse dari tanggung jawab pekerjaan.
Kalau Sobat nekat menganggap alasan atau modus tersebut bisa untuk selamat dari deadline pekerjaan dan kemudian berpikiran sederhana "toh nanti akan diselesaikan oleh rekan kerja lain", berarti Sobat telah mempersiapkan diri untuk “keluar” atau “dikeluarkan” dari pekerjaan saat ini. 

Begitu saja yaaa Sobat, semoga bermanfaat...
Salam sukses sehat semangat !
--------------------------------------
By : Dwi Hadi Atmaka
Dirangkum dan ditulis dari berbagai sumber


Subscribe to receive free email updates:

close